Senin, 09 September 2013

Sai Baba adalah Tuhan Sri Rama



Menyingkap Mimpi seorang Jairo Borjas  

“Bilamana Aku muncul dalam mimpi, itu berarti untuk menyampaikan sesuatu pada seseorang dan bukannya sekedar mimpi belaka sebagaimana umumnya dikenal atau diketahui. Jangan berpikir atau beranggapan bahwa kejadian yang engkau alami dalam mimpimu itu, hanyalah khayalanmu semata. Aku memberikan jawaban atas semua keragu-ragauanmu. Benar-benar Aku sendirilah yang datang dan karena kehendak-Ku-lah mimpi itu terjadi. Mimpi yang berhubungan dengan Tuhan adalah asli. Engkau melihat Aku dalam mimpi, Aku mengijinkan engkau ber-Namaskaram, Aku memberkati dirimu, Aku menganugerahimu. Hal ini benar adanya karena terjadi atas kehendak-Ku dan sebagai jawaban atas sadhana yang engkau lakukan selama ini. Jika Tuhan atau Gurumu muncul di dalam mimpi, pastilah hal itu karena hasil dari sankalpa, bukan karena sebab lain yang menyebabkan mimpi itu. Hal ini tidak pernah terjadi karena keinginanmu. Tidak seorangpun bisa bermimipi atau memimpikan AKU, kalau tidak Ku-kehendaki, semut pun bergerak atas kehendak-Ku”.    
Bhagawan Sri Sathya Sai Baba       

Jairo Borjas berasal dari Venezuela dan telah menjadi bakta Sai sejak tahun 1988. Ia sudah menjadi seorang bakta yang aktif di Sai Senter Orlando, Kolombia, Meksiko dan Venezuela, serta memegang jabatan yang berbeda di dalam Organisasi Sai. Ia telah melakukan kunjungan ke Ashram prashanti Nilayam beberapa kali. Tahun 1997-1998, ia menetap di Ashram selama setahun, seperti yang diperintahkan oleh Swami sendiri saat wawancara dengannya. Saat ini, ia tinggal di Bogota, Kolombia.   

Pada tanggal 29 April 2012, ia bermimpi indah bersama Swami- Bhagawan Sri Sathya Sai Baba; dalam pada itu, Swami menginstruksikan Jairo Borjas untuk menyebarluaskan berita penting di kalangan para bakta Sai, bahwa suatu kejadian/peristiwa luar biasa istimewa dalam sejarah umat manusia akan segera terjadi tidak lama lagi! Berikut adalah kutipan dari versi yang diterjemahkan dari narasi aslinya dalam bahasa Spanyol. (terima kasih kepada Sri Ana Diaz-Viana dari San Jose yang telah menerjemahkannya dari narasi aslinya yang berbahasa spanyol ke bahasa Inggris. Ana Diaz adalah teman baik Jairo Borjas dan Sreejith Narayan)    

Tadi malam, sebelum tiba di rumah, aku mulai merasa, suara Swami menyuruhku agar supaya mempersiapkan diri, untuk menyambut suatu peristiwa penting yang akan segera terjadi tidak lama lagi. Suara itu terus bertanya padaku "Apakah engkau siap?", "Apakah engkau sudah bersiap-siap?" Kemudian suara itu, yang awalnya membuatku takut, menjadi semakin kuat dan nyaring. Aku tidak ingin pulang karena aku tidak tahu bagaimana caranya menjawab pertanyaan itu. Jadi, aku mulai melantunkan Mantra Gayatri sambil mengatakan kepada Swami, bahwa aku sebagai anak-Nya, adalah layak untuk mendapatkan semua cinta-Nya dan perlindungan-Nya, dan aku selalu siap sedia untuk-Nya, dan bahwa imanku pada-Nya, seperti Bapaku yang penuh kasih dan Tuhan senantiasa melindungi diriku. Tapi suara itu masih semakin kuat saja, dan kemudian, aku menjadi semakin yakin, bahwa suara itu dimaksudkan untuk mempersiapkan diriku menyambut serta menerima sesuatu yang agung dan luar biasa.    

Setelah aku sampai di rumah, aku mulai bekerja seperti biasanya sebelum berangkat tidur. Karena terlalu lelah, aku tidak bisa melanjutkan pekerjaanku, dan kemudian jatuh tertidur sambil melantunkan Mantra Gayatri. Swami datang dalam mimpiku dengan sangat jelas dan gamblang. Dalam mimpi itu, aku bersama dengan murid-muridku dari Sai Spiritual Education (Pendidikan Spiritual Sai), salah satu dari murid-murid tersebut bernama Narada,yang sesungguhnya merupakan keturunan dari salah seorang Resi agung, demikian Swami menjelaskan. Kemudian Swami,yang tampak sangat anggun dan bak remaja belasan tahun, menghampiri kami sambil melambaikan tangan-Nya. Beliau memberi kami Padnamaskar (menyentuh Kaki padma Tuhan), hebatnya, kejadian itu merupakan suatu pengalaman yang begitu mendalam, sehingga aku merasa, bahwa Beliau benar-benar ada secara fisik di situ. Begitu nyata, sehingga aku percaya sekali, aku sedang mengalami tubuh fisik-Nya. Swami mengatakan kepadaku, bahwa Beliau memang masih hidup dan Beliau belum meninggalkan/melepaskan tubuh-Nya. Air mata sukacita mengalir dari mataku, saat Swami menyentuh dan memelukku.        

Swami, kemudian memegang tanganku dan membawaku ke ruang wawancara. Sesampainya di ruang wawancara, Swami bertanya lagi, “Siapkah ananda?” Dan menjelaskan: "Tibalah saatnya Aku membutuhkanmu. Laksanakanlah apa yang Ku-katakan”. Sesaat setelah itu, aku merasakan kebahagiaan yang amat sangat dalam yang belum pernah aku rasakan sebelumnya, melampaui semua yang dapat dijelaskan.Aku katakan kepada Swami, "Tubuhku adalah tubuh-Mu, pikiran-ku adalah pikiran-Mu, aku berserah diri pada-Mu, Bhagawan". Kuulurkan tanganku, aku katakan kepada-Nya, bahwa tanganku adalah tangan-Nya, dan demikian juga tubuhku, bahwa Beliau berhak mengaryakan diriku seperti kehendak-Nya. Aku memohon kepada-Nya, agar aku terus berada dalam kesadaran akan kebahagiaan ini, karena aku tahu, bahwa tidak ada perbedaan antara Swami-ku, Bhagawan Sri Sathya Sai Baba, dan aku sendiri. Aku tidak ingin kembali tidur, jikalau kesadaran ini akan hilang setelahnya. Swami menjelaskan kepadaku: "Aku membutuhkanmu, anakku sayang, untuk melakukan pekerjaan untuk-Ku" . Jadi aku katakan, ya, dan hanya meminta kepada-Nya untuk memberikanku kejelasan tentang apa kehendak-Nya itu. Menanggapi hal itu, Swami mewahyukan padaku sebuah senyuman yang memenuhiku dengan pancaran cahaya terang yang menyelimuti seluruh jiwa ragaku saat itu. 

Setelah itu, Dia membawaku ke kuil adikku yang bernama Coro… ... terdapat karpet di mana Coro biasa bermeditasi ... saat memasuki kuil tersebut, Swami memperwujudkan diri-Nya menjadi Bhagawan SRI RAMA sendiri dan menjelaskan padaku bahwa tempat(kuil) tersebut bergaung penuh dengan nama suciTuhan dan kasih suci Tuhan. Beliau menjelaskan padaku, bahwa Coro adalah seorang bakta agung, seorang pemuja hebat, yang senantiasa menyebut nama-Nya dan merenungkan-Nya. Sambil bergerak mengitari altar, Swami mulai menari tarian Tandava dengan khusyuknya, air mata sukacita mengalir di mata-Nya, dan berkelebat dalam bentuk kilauan cahaya terang yang memancarkan kebahagiaan jiwa. Dan Swami menjelaskan padaku: "Nama Bhagawan Rama meliputi dan meresapi segala sesuatu di sini, Coro adalah seorang pemuja besar, seorang bakta agung, dan dia sangat dicintai dan dikasihi". Dalam keadaan sukacita itu, diakhir tarian, Beliau berubah kembali wujud-Nya menjadi Sathya Sai Baba dan berkata, “Akulah Tuhan, Sang Penguasa Sejati, Penguasa segala wujud dan nama”
.       

Kami kembali berada di ruang wawancara. Baba menjelaskan, bila nama Tuhan yang Maha Suci diucapkan dan dikidungkan dengan segenap jiwa raga oleh bakta yang berhati murni dan suci, sudah barang tentu bakta tersebut mewujudkan Kesadaran Tuhan di dalam dirinya, dan Coro adalah salah satunya, seorang bakta yang selalu tenggelam dalam pemujaan kepada Tuhan, dengan penuh pengabdian, ia terus melantunkan nama-Nya sepanjang waktu. Dengan air mata sukacita di mata-Nya, Swami menjelaskan makna mendalam devosi seperti ini, yang membuatku tersentuh haru ... Swami menegaskan padaku, “sadhana/praktek spiritual seperti inilah yang seharusnya dilakukan para bakta, dimanapun mereka berada dan apapun keadaan mereka”. Kemudian dengan sangat tegas, Bhagawan Sri Sathya Sai Baba mengatakan kepadaku, tidak akan lama lagi, kita semua akan menyaksikan suatu momen/peristiwa yang luar biasa istimewa dalam sejarah umat manusia yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan bahwa kekuasaan dan kemuliaan-Nya akan terwujud dengan cara yang belum pernah kita lihat atau pun bahkan kita bayangkan. Waktunya akan segera tiba ....tidak lama lagi…..     

Swami menjelaskan padaku: "Bakta-bakta-Ku harus bangun, bangkit dari mimpi. AKU-Sai Baba bukan tubuh, ataupun salah satu bentuk wujud Tuhan manapun, tetapi AKU adalah perwujudan apapun, yang bernama maupun berupa. AKU- lah Tuhan penguasa perwujudan dan nama. Bagaimana bisa, bahwa Tuhan Yang Maha Kekal dan tak terbatas itu dibatasi oleh salah satu bentuk? Bagaimana bisa dikatakan, bahwa AKU mencapai keadaan kebahagiaan mutlak atau bahwa AKU berada dalam keaadaan Samadhi atau Mahasamadhi, sementara, AKU-Sai Baba sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa, selalu dan senantiasa berada dalam kebahagiaan abadi, dan sejatinya, AKU- lah perwujudan kebahagiaan mutlak nan abadi itu sendiri? Jika AKU yang engkau cari selama ini, maka, AKU sendirilah sumber dari segala sumber kebahagiaan itu". Aku-lah Sat Chit Ananda –eksistensi, kesadaran, dan kebahagiaan. Akulah Saguna dan Nirguna Brahman itu.        

"Oh, bakta-bakta-Ku, bangun, bangkit, bangkitlah .... waktu yang telah dinanti-nantikan selama ribuan tahun oleh para bijak waskita, para Siddha, para Resi agung... sudah sangat mendekat. Sadarilah siapa AKU sesungguhnya, tentang kenyataan diri-Ku yang sejati sebagai Yang Maha Ada, Yang Maha Agung, Yang Maha Besar, Yang Maha Mulia, dan persiapkan dirimu untuk menyambut suatu peristiwa yang luar biasa hebat nan istimewa, yang akan segera diungkapkan kepadamu sekalian.... BAHWA AKU AKAN DATANG KEMBALI DENGAN CARA YANG TIDAK PERNAH BISA ENGKAU BAYANGKAN. Percayalah pada-Ku, milikilah keyakinan dan kepercayaan penuh dan pasrahkan dirimu secara total pada-Ku. Tidak lama lagi, seluruh umat manusia, (bahkan makhluk yang berasal dari surga yang paling tinggi sekalipun) akan menyadari kemuliaan-KU dan kebesaran-KU dan keagungan-KU". Persiapkan dirimu anak-anak-Ku yang terkasih”.        

"Sekarang, pergilah ke seluruh penjuru dunia dan sebarluaskanlah pesan-pesan suci-KU. Beritahu semuanya untuk bersiap-siap. Inilah saat/jaman yang luar biasa baik dan bertuah,dan juga kesempatan luar biasa yang telah ditunggu-tunggu selama berabad-abad, sesuatu yang luar biasa istimewa dalam sejarah umat manusia akan segera terjadi dan waktunya hampir akan tiba". Tidak lama lagi....tidak lama lagi... Swami mengakhiri firman-Nya dan mengucapkan selamat tinggal padaku; aku mendengarkan dengan berlinang air mata, dan meminta-Nya untuk tidak pergi, untuk tidak membiarkan diriku kembali ke dunia yang penuh ilusi ini. Aku memohon kepada-Nya,agar kesadaranku senantiasa terpusat pada Yang Maha Kekal, pada Sang Purna Avatar, dan mengurus hal-hal keduniaan, karena tanganku akan selalu digunakan untuk melayani-Nya. Oh Swami, Engkau selalu kan menjadi Pelaku Utama, biarkan hamba hidup dalam kebahagiaan ini selamanya. Sambil menjabat tangan-Nya, aku mengucapkan selamat tinggal. Aku bermandikan air mata kasih sayang, sukacita dan kebahagiaan jiwa. Wahai, Tuhanku yang terkasih, betapa aku mencintaimu!