Selasa, 03 Maret 2015

Pesan dan Ajaran Sathya Sai Baba



Sai Upanisad – Jawaban segala keragu-raguan.
Selama ini mungkin ada beberapa orang yang sedang dibingungkan oleh pernyataan beberapa orang yang telah menyandang predikat Sadhu atau orang suci dan berwawasan luas ternyata masih belum mampu mengerti apa yang dimaksud dengan kemampuan Atmavichaara atau usaha untuk mengetahui sifat-sifat atma dalam aspek nyatanya bukan sekedar pemahaman dalam aspek teori semata. Sehingga seringkali kita menjumpai bahwa orang yang telah digugu menjadi seorang pembimbing justru membuat pernyataan-pernyataan yang kurang bersesuaian dengan gelar yang disandangnya. Berikut adalah Sai Upanisad yang merupakan jawaban segala pertanyaan dari keragu-raguan dimaksud. Ajaran yang dikemas dalam bentuk Tanya jawab antara sang Otoritas dengan para Sadhaka.

Bhakta : Terimalah hormat kami, Svami
Sai : Aku senang melihatmu, engkau kelihatan begitu lelah, pada musim panas ini, perjalanan akan terasa lebih melelahkan. beristirahatlah sebentar, kita dapat berbicara nanti.
Bhakta : Bila tidak ada ketentraman bhatin, bagaimana mungkin kami dapat beristirahat ?
Sai : Ya, Anak-Ku, istirahat itu untuk memperoleh ketentraman batin. Jika engkau memiliki ketentraman itu, engkau tidak membutuhkan istirahat lagi. Pembalut diperlukan sampai luka sembuh, setelah itu apa gunanya ?
Bhakta : Svami, justru sekarang hati saya sedang kalut. Saya tidak dapat mengambil keputusan apapun. Saya tidak mengerti apa sebabnya. Apa yang harus saya perbuat ?
Sai : Ah tidak ada akibat terjadi tanpa sebab. Pasti engkau tahu penyebab keadaanmu sekarang..yah tidak ada yang perlu dilakukan selain ini : pada saat engkau menderita bhatin, duduklah di tempat yang sunyi selama beberapa waktu sambil mengulang-ulang nama Tuhan, atau nyanyikan kidung suci keras-keras dengan suara nyaring. Jika itu tidak mungkin dilakukan, gelarlah tikar dan tidurlah sebentar. Setelah itu engkau dapat memikirkan semua ini.
Bhakta : Svami telah mengatakan kepada kami bukan ? bahwa di dunia ini setiap orang memiliki sesuatu yang sangat dicintainya. Dan bila ada bahaya atau kemalangan menimpanya, maka tidak ada lagi ketentraman batin. Lalu bagaimana saya dapat memiliki ketentraman hati bila terjadi peristiwa seperti ini…seseorang menghina sesuatu yang amat saya sayangi, atau menjelek-jelekannya ? lalu apa yang harus saya lakukan ?
Sai : Baiklah, orang berbudi luhur yang telah memahami arti Atmavichara ‘atau usaha untuk mengetahui sifat-sifat atma’ sudah pasti tidak akan mencela sesuatu yang dicintai orang lain seperti itu. Iapun tidak akan bergaul dengan orang-orang semacam itu. Ia akan mempertimbangkan dalam hatinya bahwa bila ia mencela wujud Tuhan yang dipuja orang lain, orang itu akan merasa terluka seperti yang dirasakannya jika wujud Tuhan yang dipujanya dicela. Karena itu tenanglah, sadarlah bahwa orang-orang yang menghina seperti itu adalah orang tidak mengerti perihal ‘Atmavichaara. Sementara engkau melakukan usaha untuk mengetahui sifat-sifat atma, engkau tidak perlu berurusan dengan orang yang masih berada dalam kekaburan batin dan tidak memahami hal itu…Nah biarlah hal itu berlalu. Apa yang sebenarnya terjadi sehingga mengakibatkan semua ini ? segala kesulitan akan berakhir jika apa yang ada di dalam dirimu dikeluarkan.
Bhakta : Dunia tahu benar betapa Svami menganugrahkan keberanian, keteguhan hati dan membimbing orang-orang agar berbuat baik secara spiritual, fisik, dan mental. Betapa Svami telah memberikan bantuan yang besar dalam bidang pendidikan dan medis. Svami tidak pernah berbuat sesuatu atau menyebabkan kerugian pada siapapun dan dalam bentuk apapun. Bagaimana caranya mencegah orang-orang yang telah mengarang dan menyebarkan berbagai cerita fitnah mengenai tokoh seperti Svami ? keuntungan apa yang mereka peroleh dari hal ini ?
Sai : Oh…jadi ini ceritanya! Tidak tahukah engkau bahwa baik dan buruk sudah merupakan sifat dunia ini ? bila semua orang menjadi penjual, siapakah pembelinya ?. Mengenai Avatar, sejak dunia ini diciptakan selalu ada orang yang mengecam atau mencari-cari kesalahan. Ini bukan hal yang baru. Hanya saja orang-orang jaman sekarang mungkin mengarang cerita dan cara-cara yang lebih baru. Nah mengapa kecaman semacam itu kau masukkan dalam hati ? Anggaplah bahwa mereka hanya bisa mengingat-Ku dengan cara seperti itu. Prema smarana “Mengingat Tuhan dengan kasih’ dan dvesha smarana ‘ mengingat Tuhan dengan rasa benci’ merupakan 2 cara untuk mengingat. Dari keduanya, mengingat Tuhan dengan rasa benci merupakan Avidyamaayaa – maya atau khayal. Timbul dari kekaburan batin yang mendasar dan membuat manusia menyamakan dirinya dengan identitas tubuhnya. Ini berhubungan dengan sifat rajasika yang penuh nafsu. Mengingat Tuhan dengan kasih merupakan Vidyamaayaa – kemampuan pertimbangan yang memungkinkan manusia membedakan hal yang fana dan sementara dengan hal yang kekal sehingga dengan  demikian dapat memperoleh penerangan batin dan kebebasan. Ini berhubungan dengan sifat Satvika yang murni, baik, dan tenang.Avidyamaaya mengakibatkan duka, sedangkan Vidyamaayaa menghasilkan kebahagiaan jiwa. Setiap perbuatan akan menimbulkan akibatnya masing-masing. Nah sekarang mengapa engkau harus mencegahnya ? Bukankah engkau menanyakan keuntungan apa yang mereka peroleh dari hal itu ? sebenarnya mereka tidak memerlukan hasil apapun. Mengecam dan mencari kesalahan orang, sudah menjadi kebiasaan mereka. Mereka melakukannya seperti kewajiban saja. Seperti kata pepatah,”Ngengat tidak perduli dan tidak mendapat keuntungan apapun, entah kain sari yang dirusaknya berharga mahal ataupun murah. Menggerogoti dan melubangi merupakan sifat ngengat. ia tidak mengerti nilai barang-barang itu. Pekerjaannya memang demikian. Karena itu, Tenanglah..sadarlah bahwa pekerjaan orang-orang yang suka mencari kesalahan itu sama dengan pekerjaan ngengat.
Bhakta : Svami, apa yang Svami katakan memang benar. Kami dapat menerima bahwa orang-orang bodoh, jika berkelakuan seperti itu memang sebangsa dengan ngengat. tetapi jika orang-orang yang berpendidikan, yang hebat, yang tahu yang menyebarkan pernyataan semacam itu, bagaimana hal ini dapat diterima ?
Sai : Pengetahuan berarti Atmajnaana – Pengetahuan tentang diri sejati. Ini bukan pengetahuan mengenai hal hal yang berkaitan dengan keduniawian yang melatih orang agar dapat mencari nafkah dan berguna sebagai landasan mata pencaharian. Mambandingkan atmajnaana dengan pengetahuan semacam itu merupakan kesalahan besar. Orang yang mulia adalah mereka yang tidak menjelek-jelekkan orang lain, yang mencari kenyataan dengan niat baik. Masalah spiritual tidak akan dapat dipahami oleh orang-orang yang tidak memiliki kemampuan mempertimbangkan, mereka yang sombong karena wewenang yang mereka miliki, atau mereka yang sama sekali tidak tahu mengenai Atmajnaana. Karena itu ketahuilah bahwa mereka yang kauanggap terpelajar dan hebat itu sebenarnya termasuk dalam golongan yang sudah kujelaskan tadi. Karena itu tanpa memberi peluang pada pikiran dan kekawatiran semacam itu, sibukkanlah dirimu dalam usaha untuk memperkokoh keyakinanmu.
Bhakta : Di dunia ini banyak orang yang percaya pada Tuhan berubah menjadi tidak percaya karena ulah orang-orang semacam itu. Bukankah begitu Svami ? tidak adakah senjata untuk menyadarkan orang-orang demikian. Yang tanpa mengingat pendidikannya sendiri dan tanpa usaha sedikitpun untuk mengetahui kenyataan, mencaci maki para pribadi yang agung ?
Sai : Oh iya, tentu ada. Peribahasa mengatakan “Tumpukan gombal akan ditempatkan pada pelana yang rusak” perkataan semacam itu hanya akan didengarkan oleh orang-orang sejenis.  Abdi Tuhan yang sejati tidak aka nada yang bergaul dengan mereka. Kalaupun ada, mereka akan segera menjauhinya setelah mengetahui bahwa cerita-cerita itu ternyata tidak benar. Jadi senjata untuk menyadarkan orang demikian terletak di tangan mereka sendiri. Belum pernahkah engkau mendengar kisah Bhasmaasura yang memiliki kekuatan di tangannya. jika ia meletakkan tangannya diatas kepala siapa saja, orang itu akan habis menjadi abu. Akhirnya karena kesombongannya itu, Tuhan memperdayanya agar meletakkan tangan diatas kepalanya sendiri sehingga ia tewas menjadi abu. Demikian pula, karena menuduh orang lain, akhirnya mereka akan dituduh oleh kata-katanya sendiri.
Ada 4 macam orang yang mengecam atau mencari-cari kesalahan Avatar yaitu :
  1. Mereka yang sama sekali tidak menaruh minat pada hal-hal yang berhubungan dengan Tuhan.
  2. Orang-orang yang karena diperbudak rasa iri dan dengki, tidak tahan melihat keagungan dan kejayaan orang lain.
  3. Orang-orang yang tidak memiliki pengalaman pribadi, kontak atau pengetahuan apapun. Jadi mereka hanya mengarang cerita berdasarkan kabar angin yang telah memperbudaknya.
  4. Orang yang dating karena mempunyai beberapa keinginan duniawi, tetapi gagal memperolehnya karena nasib (buruk) mereka sendiri, kemudian menggunakan hal itu sebagai alas an untuk menyalahkan Tuhan.
Hanya keempat macam orang ini yang membuat keributan seperti yang kau katakana. Lainnya tidak akan berteriak-teriak ataupun berjingkrak seperti wayang golek, walaupun mereka tidak mempunyai pengalaman pribadi, bila mendengar cerita-cerita semacam itu, mereka hanya akan menganalisanya di dalam hati dan mengambil kesimpulan untuk kepuasannya sendiri. Mereka tidak akan menjelek-jelekkan orang lain. Kelirulah jika seseorang tidak mempercayai pikirannya sendiri, tetapi menerima omongan orang lain. Selain itu, tidak ada gunanya berdiskusi dengan mereka yang tidak memahami kenyataan sebenarnya. Sesungguhnya kenyataan sejati tidak memerlukan diskusi sama sekali. Berdebat dengan orang-orang yang masih dalam tingkat pertengahan (tidak sepenuhnya ada dalam kekaburan batin tetapi juga belum begitu mencapai penghayatan kesunyataan) adalah seperti melihat belalai dan peraya bahwa itu merupakan keseluruhan dari tubuh gajah. Seperti dalam cerita orang buta yang meraba gajah.
Nah perhatikan ini! Tidak baik menghabiskan waktu dalam percakapan semacam ini. Menjelek-jelekkan dan mencari-cari kesalahan, itu biasa dan umum terjadi. Setelah mengetahui hal ini, mereka yang bercita-cita menjadi bhakta sejati sebaiknya hanya berusaha mencari landasan untuk membangun kebahagiaan jiwanya. Seluruh waktu yang ada harus digunakan untuk tujuan yang suci, jangan membuang-buang waktu. Engkau tidak perlu mengurusi kebaikan atau keburukan orang lain. Daripada membuang waktu percuma, lebih baik kaumanfaatkan hal itu untuk menghilangkan keburukan dan mengembangkan kebaikan dalam dirimu.