Senin, 25 Mei 2015

KISAH RADHEYA KARNA, SANG KSATRYA



Karna adalah salah satu tokoh penting dalam Mahabharata. Ia adalah putra tertua Kunti, sehingga merupakan saudara seibu Pandava dan merupakan yang tertua dari keenam saudara tersebut. Walaupun Duryodhana menunjuknya sebagai raja Angga, perannya dalam kisah Mahabharata jauh melebihi peran seorang raja. Karna bertarung di pihak Kaurava dalam perang di Kurukshetra.
Semasa mudanya, Kunti merawat resi Durvasa selama satu tahun. Sang resi sangat senang dengan pengabdian yang diberikan olehnya sehingga memberikan anugerah untuk memanggil salah satu dari para dewa dan dewa yang dipilihnya tersebut akan memberiknya seorang putra yang mempunyai sifat baik menyamai dewa tersebut. Karena ragu-ragu apakah anugerah tersebut benar, Kunti―selagi masih belum menikah―memutuskan untuk mencoba mantra tersebut dan memanggil dewa matahari, Bathara Surya. Ketika Surya menampakkan diri di depannya, Kunti terpesona. Karena terikat mantra Durvasa, Surya memberinya seorang anak secemerlang dan sekuat dirinya, walaupun Kunti sendiri tidak menginginkan anak. Dengan kesaktian Surya, Kunti tetap tidak ternodai keperawanannya. Sang bayi adalah Karna, lahir dengan baju besi (kavacha) dan anting-anting (kundala) untuk melindunginya.
Kunti kini berada dalam posisi yang memalukan sebagai seorang ibu seorang anak tanpa ayah. Karena tidak mau menanggung malu ini, ia meletakkan Karna ke dalam keranjang dan menghanyutkannya bersama dengan perhiasannya, berdoa agar bayi tersebut selamat.
Bayi Karna terhanyut di Sungai Gangga dan ditemukan oleh seorang pengemudi kereta bernama Adhiratha, seorang Suta (campuran antara Brahmin dengan Khsatriya). Adhiratha dan istrinya Radha membesarkan Karna sebagai anak mereka dan memberinya nama Vasusena karena baju besi dan antingnya. Mereka mengetahui latar belakang Karna dari perhiasan yang ditemukan bersamanya, dan tidak pernah menyembunyikan kenyataan bahwa mereka bukan orang tua Karna yang sebenarnya. Karna juga disebut Radheya karena nama ibunya Radha. Adiknya, Shon, lahir dari Adhiratha dan Radha setelah kedatangan Karna.
Ikatan antara Radheya dan keluarga angkatnya merupakan hubungan berdasarkan cinta dan rasa hormat yang murni. Radheya menghormati Adhiratha di depan teman-teman khsatriya-nya, dan dengan penuh rasa cinta tetap melaksanakan tugasnya sebagai seorang anak dalam keluarga angkatnya meskipun ia telah menjadi raja Angga dan mengetahui asal-usul kelahirannya.
Radheya ingin menjadi seorang prajurit besar. Maka ia mengembara ke Hastinapura bersama dengan ayah dan adik angkatnya. Di sana menguasai ilmu kanuragan dengan belajar kepada Drona, walaupun ia belajar tidak bersama dengan para pangeran (Pandava dan Kaurava) karena dipandang berasal dari kasta yang rendah. Radheya menguasai semua ilmu yang diajarkan, terutama ilmu memanah. Ketika Pandava diusir ke hutan selama 14 tahun, Duryodhana meminta Radheya untuk menguasai Brahmastra, salah satu senjata terkuat yang ada. Hanya beberapa orang yang mengetahui hal ini termasuk Drona, Arjuna, Bhisma dan Ashwathama (anak Drona). Ia pertama-tama mendekati Drona, guru Pandava dan Kaurava, tetapi Drona menolak untuk mengajarinya karena kastanya yang rendah. Ia kemudian meminta Parashurama, guru besar yang lain, untuk mengajarinya seni berperang terutama untuk menguasai Bhramashtra. Parashurama tidak akan mengajari seorang khsatriya karena rasa bencinya pada kaum khsatriya yang telah membunuh orangtuanya. Maka untuk mendapatkan ilmu, Radheya berbohong tentang asal usulnya dan mengaku sebagai seorang Brahmin.
Suatu saat, ketika Parashurama sedang tidur dengan kepala di pangkuan Radheya, seekor serangga menggigit pahanya. Ini menyebabkan paha Radheya berdarah dan ia pun merasakan kesakitan yang amat sangat. Namun Radheya bertahan untuk tidak bergerak agar gurunya tidak terbangun. Darah yang menetes dari paha Radheya memercik ke muka Parashurama dan membuatnya terbangun. Melihat apa yang terjadi Parashurama mengetahui bahwa Radheya bukanlah seorang Brahmin karena hanya seorang khsatriya yang dapat menahan sakit seperti itu. Radheya mengaku bahwa ia telah berbohong, dan Parashurama yang marah mengutuk Karna: ia tidak akan bisa mengeluarkan ilmunya pada saat di mana ia paling membutuhkannya. Sebelum Parashurama, seorang brahmin yang lain pernah mengutuk Radheya bahwa Radheya akan dibunuh ketika ia dalam keadaan tak berdaya, hal ini disebabkan karena Radheya telah membunuh sapi kesayangan brahmin tersebut.
Suatu saat sebuah turnamen diadakan untuk menentukan perajurit yang terkuat setelah ‘lulus’ dari pendidikan Drona. Dalam perlombaan itu Arjuna keluar sebagai yang terbaik dan Duryodhana takut padanya. Kemudian Radheya muncul dan menantang Arjuna. Dalam pertanding yang berlangsung kemudian, Radheya dapat mengimbangi semua keahlian Arjuna. Untuk menentukan pemenang yang sesungguhnya, Radheya menantang Arjuna untuk bertempur satu lawan satu di mana kemenangan salah satu pihak ditentukan dengan kematian lawannya. Dengan alasan bahwa Radheya berasal dari kasta yang lebih rendah dari Arjuna, Drona menolak usul Radheya tersebut. Duryodhana yang memang menyimpan rasa iri dan takut kepada Pandava seketika memberikan tahta kerajaan Angga kepada Radheya, sehingga Radheya menjadi seorang raja dan dengan demikian pantas untuk menantang Arjuna berduel sampai mati. Tindakan Duryodhana ini menanamkan benih kesetiaan Radheya kepadanya. Tetapi akhirnya duel tersebut tetap tidak terwujud.
Ketika Pandava mengasingkan diri, Radheya membebankan kepada dirinya sendiri tugas untuk menjadikan Duryodhana penguasa dunia. Radheya memimpin pasukan ke negara-negara sekitar untuk menaklukkan raja-rajanya di bawah kekuasaan Duryodhana. Radheya berhasil menang dalam semua pertempuran yang dilaluinya, walaupun kepatuhan raja-raja tersebut tidak semuanya berlangsung lama (sebagian tetap memihak kepada Pandava dalam perang Bharatayudha).
Tragedi Dalam Hidup Radheya
Pertemuan dengan Kunti       
Sebelum perang Bharatayudha Kunti mendekati Radheya dan memintanya untuk bergabung dengan Pandava dan menyatakan bahwa Karna adalah pewaris sebenarnya tahta Hastinapura (sebagai sulung dari Pandava). Radheya menolak tawaran ini karena Kunti membuangnya waktu kecil dan juga setelah ia dewasa. Radheya berkata bahwa karena Duryodhana selalu setia kepadanya sebagai seorang sahabat, ia akan membela pihak Kaurava. Kunti lalu meminta Radheya untuk berjanji untuk tidak membunuh kelima anaknya. Radheya berjanji bahwa setelah perang Bharatayudha, lima anak Kunti akan tetap hidup, Kunti lega mendengar janji Radheya ini. Yang tersembunyi dari janji ini adalah bahwa sebenarnya Kunti memiliki enam orang anak (termasuk Radheya sendiri), maka bila Radheya bertemu dengan para Pandava ia akan melepaskan mereka kecuali satu orang: Arjuna. Karena Radheya adalah salah satu dari sedikit yang sanggup menghadapi Arjuna dan di antara mereka telah terjadi persaingan yang sengit.
Pertemuan dengan Indra       
Dewa Indra, raja para dewa dan ayah Arjuna, menyadari bahwa kavachadan kundala Radheya tidak dapat ditembus oleh senjata apapun, dengan demikian menjadikan Radheya tidak terkalahkan. Ia memutuskan untuk menyamar sebagai seorang brahmana miskin tepat sebelum Radheya mandi. Krihsna mengetahui keutamaan moral Radheya dan bahwa Radheya tidak akan menolak permintaan apapun baik dari seorang brahmana maupun seorang pengemis pada saat tersebut (setelah pemujaan terhadap Surya). Surya, dewa matahari dan ayah Radheya , mengingatkan Radheya dalam mimpi bahwa Indra akan menyamar sebagai seorang brahmana dan meminta baju besi serta antingnya. Karna tidak mengetahui bahwa Surya adalah ayahnya. Seperti yang telah diduga oleh Surya, atas nasihat dari Krishna, Indra yang menyamar mendekati Radheya dan meminta sedekah berupa baju kavacha dan kundala-nya. Radheya tahu bahwa dengan memberikan kedua hal tersebut, ia tidak lagi tak terkalahkan. Tetapi karena telah menjadi komitmennya maka ia tetap memberikan kedua benda tersebut. Indra kagum akan kebaikan hati Radheya, sehingga menawarkan Radheya untuk memakai senjatanya (Shakti) tetapi hanya untuk satu kali saja.
Percakapan dengan Krishna  
Krishna pernah berusaha membujuk Radheya untuk membela Pandava. Percakapan ini, yang terjadi ketika Krishna meninggalkan Hastinapura setelah misi perdamaian yang gagal (lakon Kresna Duta dalam wayang purwa), berpusat kepada kebenaran moral yang mendasari alasan Pandava berperang. Walaupun Krishna menyadari kebaikan Duryodhana kepada Radheya, ia berargumen bahwa Radheya memiliki kewajiban yang lebih tinggi, mengikutinya dalam jalan kebenaran. Ketika Radheya mengatakan bahwa beralih pihak kepada Pandava adalah tindakan yang tidak terhormat, Krishna mengingatkan Radheya akan kisah Ramayana,Vibheesena, saudara Ravana memilih untuk berpihak kepada Rama setelah tidak berhasil membujuk kakaknya itu untuk merubah tindakan jahatnya.
Di sinilah rasa setia kawan Radheya ditunjukkan. Radheya memberitahu Krishna, ia mengetahui bahwa Duryodhana tidak mengikuti kebenaran, dengan mendukungnya berarti ia juga tidak mengikuti kebenaran, dan pada akhirnya ia akan menghadapi kekalahan dan kematian karenanya. Tapi ia tetap memutuskan untuk membela Duryodhana. Ia berkata kepada Krishna, “Sepanjang hidupku orang menganggapku anak seorang tukang kuda dahulu, baru kemudian sebagai seorang prajurit dan raja. Duryodhana adalah satu-satunya orang yang tidak hanya memandangku sebagai seorang prajurit dan raja, tetapi juga sebagai seorang yang setara dengan dirinya. Tidak pernah ia memandangku sebagai seorang anak tukang kuda. Ketika temanku ini membutuhkan dukungan, masihkah engkau mengharapkanku untuk meninggalkannya?”
Keutamaan dan Ketercelaan Radheya dalam Perang Bharatayudha
Pada saat perang, Radheya bertemu dengan masing-masing Pandava (kecuali Arjuna), mengalahkan mereka, dan bahkan mampu untuk membunuh mereka. Tetapi Karna menepati janjinya kepada Kunti untuk tidak membunuh mereka.
Pada perang hari ke-13, Drona mengatur formasi pasukan yang disebut Chakravyuha. Hanya Krishna dan Arjuna di pihak Pandava yang mengetahui cara membuyarkan formasi ini; tetapi Krishna dan Arjuna dengan sengaja dialihkan perhatiannya oleh pihak Kaurava ke bagian lain dari pertempuran. Abhimanyu, anak Arjuna, memiliki sebagian pengetahuan tentang formasi ini. Ia mendengarnya ketika masih dalam kandungan saat Krishna menjelaskan tentang formasi ini kepada ibunya (ibu Abhimanyu adalah Subhadra, adik Khrisna). Tetapi saat itu Khrisna tidak menjelaskan sampai selesai. Sehingga Abhimanyu mengetahui cara memasuki formasi tersebut, tetapi tidak mengetahui cara keluar darinya. Pada hari itu tidak seorang pun sanggup mengalahkan Abhimanyu yang telah berada di dalam formasi Chakravyuha. Sendirian ia menandingi jendral-jendral pihak Kaurava termasuk Radheya, Drona, dan Duryodhana. Atas perintah Drona, Duryodhana dan Radheya mengeroyok Abhimanyu (Radheya memanah busur Abhimanyu dan melumpuhkan keretanya, kemudian para Kaurava membunuh Abhimanyu. Jadi bukan Radheya sendiri yang membunuh Abhimanyu).
Pada perang hari ke-14, perang berlangsung sampai malam. Ghatotkacha, putra Bhima yang setengah raksasa, makin memporak porandakan barisan Kaurava (golongan Asura, termasuk raksasa, makin kuat di malam hari). Radheya terpaksa memakai senjata Shakti yang dipinjamnya dari Indra untuk membunuh Ghatotkacha. Karena Indra hanya memperbolehkan Radheya memakai senjata Shakti sekali saja, maka Radheya kini tanpa senjata pamungkas dan baju besi serta antingnya yang tak tertembus senjata. Radheya hanya bisa mengandalkan kesaktiannya sendiri dalam melawan Arjuna nanti.
Pada perang hari ke-15, Drona terbunuh dan Radheya menjadi senapati pasukan Kaurava.
Pada hari ke-17, Radheya akhirnya bertemu dengan Arjuna dalam pertempuran yang seru dan setanding. Karena telah kehilangan senjata pamungkas dan baju besinya, Radheya hanya mengandalkan keahlian dan kesaktiannya sendiri. Dalam suatu kesempatan, Radheya melakukan trik cerdik dengan keahliannya. Ia membuat Arjuna lumpuh sejenak dengan memanah dada Arjuna. Ketika Arjuna belum pulih dari pukulan pertama tadi, Radheya melepaskan panah ke arah kepala Arjuna untuk membunuhnya. Krishna menyelamatkan Arjuna dengan menekan kereta mereka sampai amblas ke tanah beberapa senti, sehingga panah Radheya meleset dari kepala Arjuna. Banyak orang menganggap kejadian ini sebagai bukti superioritas Radheya dari adiknya itu, paling tidak dari sisi keahlian dan kesaktian.
Saat pertempuran berlangsung, salah satu roda kereta Radheya selip di tanah berlumpur. Ini diakibatkan oleh kutukan Brahmana yang telah disebutkan di atas. Shalya yang menjadi kusir kereta Radheya tidak bisa membantu karena telah dilumpuhkan oleh Arjuna. Radheya meminta Arjuna untuk menghentikan pertempuran untuk menunggunya mengeluarkan roda kereta dari tanah berlumpur tadi. Arjuna setuju. Tetapi Krishna menyuruh Arjuna melanggar kode keprajuritan dan membunuh Radheya yang sedang tidak berdaya. Roda kereta Radheya tidak bisa digerakkan dan kutukan Parashurama membuatnya tidak bisa membela diri. Krishna mengingatkan Arjuna kekejaman Radheya ketika ikut mengeroyok Abhimanyu yang sampai mati bertarung tanpa kereta dan senjata.
Dengan penuh kemarahan dan kesedihan Arjuna melepaskan panah Anjalika ke arah Radheya. Radheya jatuh ke tanah dengan luka yang mematikan. Tetapi ujian untuknya belumlah berakhir. Krishna menyamar sebagai seorang pertapa dan meminta sedekah kepadanya. Karna yang terluka parah tidak memiliki apapun untuk diberikan, kemudian ia ingat masih memiliki satu gigi emas. Dengan penuh kesakitan Radheya melepaskan gigi emasnya, membersihkannya kemudian memberikannya kepada Krishna. Dengan demikian Radheya menjadi satu-satunya manusia yang telah memberikan sedekah kepada Vishnu sendiri. Terharu dengan kemurahan hati Radheya, Krishna memberikan kesempatan kepada Radheya untuk mengajukan satu permintaan kepadanya. Radheya meminta agar jenasahnya diperabukan di tempat yang paling suci di dunia. Sebagai Vishnu, Krishna kemudian memperabukan jenasah Radheya ditelapak tangannya.
Setelah kematian Radheya, Kunti memberitahu Pandava bahwa Radheya adalah putranya dan saudara tertua mereka. Para Pandava kemudian berkabung untuk Radheya. Yudhistira, terutama, begitu terpukul mengetahui ibunya merahasiakan kenyataan bahwa Radheya adalah saudara tertua mereka yang seharusnya mereka hormati dan patuhi. Ia kemudian mengeluarkan sabda, agar sejak saat itu semua perempuan tidak lagi bisa menyimpan rahasia apapun untuk diri mereka sendiri. Pada hari ke-18, Kaurava tertumpas. Perang Bharatayudha berakhir, dan Yudhistira menjadi raja Hastinapura.
Perbedaan dengan Arjuna      
Banyak persamaan antara Arjuna dan Radheya. Keduanya adalah ahli memanah, dan saling bersaing untuk mendapatkan Draupadi. Keduanya juga mempunyai ikatan yang erat dengan Kaurava, baik karena pertalian darah maupun karena persahabatan. Percakapan Radheya dengan Krishna sangat mirip dengan Bhagavad Gita yang terkenal itu, dalam mana Krishna menjelaskan kepada Arjuna tentang kewajibannya sebagai seorang Khsatriya. Perbedaan mereka terletak pada keputusan yang diambil oleh masing-masing, Arjuna mengutamakan tugasnya sebagai seorang Khsatriya yang harus membela kebenaran apapun yang terjadi dan Karna mengutamakan persahabatanya dengan Duryodhana.
Beberapa Pendapat yang mendukung Superioritas Karna atas Arjuna
Banyak pendapat bahwa alasan Bhisma untuk tidak memperbolehkan Radheya bertempur bersamanya ketika ia menjadi senopati adalah rasa cintanya kepada Pandava. Jika Bhisma dan Radheya muncul bersamaan di medan perang, Pandava tidak akan mampu memenangkan Bharatayudha. Saat itu Bhisma berdalih bahwa karena Radheya berasal dari kasta yang lebih rendah. Dalam suatu kejadian saat pertempuran Radheya dan Arjuna, kereta Arjuna terpental ke belakang beberapa meter oleh panah Radheya. Krishna memuji kehebatan Radheya karena hal ini. Arjuna, yang panahnya mementalkan kereta Radheya berpuluh-puluh meter, heran atas pujian Krishna ini dan meminta penjelasan kepadanya. Krishna menjawab,“Arjuna, aku sendiri yang memiliki berat seluruh alam semesta duduk di kereta ini dan kereta ini juga dilindungi oleh Hanuman (kereta Arjuna memakai bendera Hanuman). Bila hanya engkau sendiri yang ada di kereta ini, kereta ini akan terlempar mengelilingi bumi.”

Jumat, 15 Mei 2015

MENGENAL LEBIH JAUH SOSOK KHARISMATIK ARJUNA




Arjuna adalah nama seorang tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia dikenal sebagai anggota Pandawa yang berparas menawan dan berhati lemah lembut. Dalam Mahabharata diriwayatkan bahwa ia merupakan putra Prabu Pandu, raja di Hastinapura dengan Kunti atau Perta, putri Raja Surasena, raja Wangsa Yadawa di Mathura. Arjuna merupakan putra ketiga, lahir dari Indra, pemimpin para Dewa. Ia lahir di lereng gunung Himawan, di sebuah tempat yang disebut Satsringa pada hari saat bintang Utara Phalguna tampak di zenith. Mahabharata mendeskripsikan Arjuna sebagai teman dekat Kresna, yang disebut dalam kitab Purana sebagai awatara (penjelmaan) Dewa Wisnu. Arjuna dianggap sebagai tokoh protagonis utama Mahabharata dengan Krishna dan memainkan peran penting dalam Bhagavad Gita.Arjuna dianggap sebagai pemanah terkemuka dan terkuat dari semua prajurit pada masanya. Secara harfiah kata Arjuna berarti "bersinar terang", "putih" , "bersih". Dilihat dari maknanya, kata Arjuna bisa berarti "jujur di dalam wajah dan pikiran". Saat Arjuna menjalani masa penyamaran (tercatat dalam kitab Wirataparwa), ia berperan sebagai pelatih tari di kerajaan Raja Virat, dan bersedia menjadi kusir kereta Pangeran Utara saat terjadi invasi Kerajaan Kuru. Untuk meyakinkan sang pangeran bahwa ia adalah Arjuna putra Pandu yang sedang menyamar, maka Arjuna membeberkan sepuluh namanya: • Arjuna : yang tak ternoda dan bersinar keperakan. • Palguna: yang lahir ketika bintang Uttarā Phālgunī berada di zenith. • Jisnu: yang hebat ketika marah. • Kiriti : yang bermahkota indah (kiriti) pemberian Dewa Indra. • Swetawahana : yang memiliki wahana berwarna putih. • Bibatsu : yang tidak pernah bertarung secara curang. • Wijaya : yang berjaya, merujuk kepada prestasi Arjuna yang selalu memenangkan pertempuran yang dihadapinya. • Part a : matronim dari Perta, secara harfiah berarti "anak Perta" (nama lain Kunti). • Sawyasaci : yang bisa menggunakan kedua tangannya untuk menembakkan anah panah. • Dananjaya : yang mahir menguasai busur panah (dhanu). Di samping nama lain Arjuna yang disebutkan dalam Wirataparwa, ada sejumlah nama lain yang ditemui dalam kitab Bhagawadgita yang merupakan bagian dari Bhismaparwa. Beberapa nama lain yang dapat ditemui yaitu sebagai berikut: • Anaga : yang tak tercela. • Barata : keturunan Bhārata. • Baratasresta : keturunan Bharata yang terbaik. • Baratasatama : keturunan Bharata yang utama. • Baratasaba : keturunan Bharata yang mulia. • Gandiwi : pemilik Gandiwa (busur panah sakti). • Gudakesa : penakluk rasa kantuk. • Kapidwaja : yang memakai panji berlambang monyet. • Kurunandana : putra kesayangan wangsa Kuru. • Kuruprawira : perwira wangsa Kuru. • Kurusatama : keturunan wangsa Kuru yang utama. • Kurusresta : keturunan wangsa Kuru yang terbaik. • Mahabahu : yang berlengan perkasa. • Parantapa : penakluk musuh. • Purusaresaba : yang terbaik di antara manusia. Masa Muda Arjuna dididik bersama dengan saudara- saudaranya yang lain (para Pandawa dan Korawa) oleh Drona. Kemahirannya dalam ilmu memanah sudah tampak senjak kecil. Pada usia muda ia mendapat gelar Maharathi atau "kesatria terkemuka". Dalam suatu ujian, Drona meletakkan burung kayu pada pohon, lalu menyuruh muridnya satu-persatu untuk membidik burung tersebut, kemudian menanyakan apa saja yang sudah mereka lihat. Banyak murid yang menjawab bahwa mereka melihat pohon, cabang, ranting, dan segala sesuatu yang dekat dengan burung tersebut, termasuk burung itu sendiri. Ketika tiba giliran Arjuna untuk membidik, Drona menanyakan apa yang dilihatnya. Arjuna menjawab bahwa ia hanya melihat burung saja, tidak melihat benda yang lainnya. Hal itu membuat Drona kagum dan meyakinkannya bahwa Arjuna sudah pintar. Arjuna mendapatkan Dropadi Pada suatu ketika, sekelompok brahmana berkumpul di tempat para Pandawa melarikan diri. Mereka membicarakan sebuah sayembara yang akan diadakan di Kerajaan Panchala. Para Pandawa datang ke tempat sayembara dengan menyamar sebagai kaum brahmana. Raja Drupada dari Panchala mengadakan sayembara untuk mendapatkan Dropadi, putrinya. Sebuah ikan kayu diletakkan di atas kubah balairung, dan di bawahnya terdapat kolam yang memantulkan bayangan ikan yang berada di atas. Aturan menyebutkan bahwa siapa pun yang berhasil memanah ikan tersebut dengan hanya melihat pantulannya di kolam, maka ia berhak mendapatkan Dropadi. Berbagai kesatria mencoba melakukannya, namun tidak berhasil. Ketika Karna yang hadir pada saat itu ikut mencoba, ia berhasil memanah ikan tersebut dengan baik. Namun ia ditolak oleh Dropadi dengan alasan Karna lahir di kasta rendah. Arjuna bersama saudaranya yang lain menyamar sebagai Brahmana, turut serta menghadiri sayembara tersebut. Arjuna berhasil memanah ikan tepat sasaran dengan hanya melihat pantulan bayangannya di kolam, dan ia berhak mendapatkan Dropadi. Ketika para Pandawa pulang membawa Dropadi, mereka mengaku telah membawa sedekah. Kunti—ibu para Pandawa—yang sedang berdoa, menyuruh mereka untuk membagi rata apa yang sudah mereka dapatkan. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Kunti, maka para Pandawa bersepakat untuk membagi Dropadi sebagai istri mereka. Mereka juga berjanji tidak akan mengganggu Dropadi ketika sedang bermesraan di kamar bersama dengan salah satu dari Pandawa. Hukuman dari perbuatan yang mengganggu adalah pengasingan. Lima anaknya, masing-masing dari Pandawa bersaudara, dikenal sebagai Upapandavas. Srutakarma adalah putra Arjuna dari Dropadi. Perjalanan menjelajahi Bharatawarsha Pada suatu hari, ketika Pandawa sedang memerintah kerajaannya di Indraprastha, Taksaka, mencuri sapi-sapi kerajaan, Arjuna terpaksa melanggar privasi Yudhistira dan Drupadi, karena ia telah meninggalkan Gandiva di kamar mereka. Meskipun Arjuna telah diampuni oleh Yudhistira dan Drupadi, Namun Arjuna tetap menerima hukuman pengasingan. Arjuna menghabiskan masa pengasingannya dengan menjelajahi penjuru Bharatawarsha atau daratan India Kuno. Ketika sampai di sungai Gangga, Arjuna bertemu dengan Ulupi, putri Naga Korawya dari istana naga atau Nagaloka. Arjuna terpikat dengan kecantikan Ulupi lalu menikah dengannya. Dari hasil perkawinannya, ia dikaruniai seorang putra yang diberi nama Irawan. Setelah itu, ia melanjutkan perjalanannya menuju wilayah pegunungan Himalaya. Setelah mengunjungi sungai-sungai suci yang ada di sana, ia berbelok ke selatan. Ia sampai di sebuah negeri yang bernama Manipura. Raja negeri tersebut bernama Citrasena. Ia memiliki seorang puteri yang sangat cantik bernama Citrānggadā. Arjuna jatuh cinta kepada putri tersebut dan hendak menikahinya, namun Citrasena mengajukan suatu syarat bahwa apabila putrinya tersebut melahirkan seorang putra, maka anak putrinya tersebut harus menjadi penerus tahta Manipura oleh karena Citrasena tidak memiliki seorang putra. Arjuna menyetujui syarat tersebut. Dari hasil perkawinannya, Arjuna dan Citrānggadā memiliki seorang putra yang diberi nama Babruwahana. Oleh karena Arjuna terikat dengan janjinya terdahulu, maka ia meninggalkan Citrānggadā setelah tinggal selama beberapa bulan di Manipura. Ia tidak mengajak istrinya pergi ke Hastinapura. Setelah meninggalkan Manipura, ia meneruskan perjalanannya menuju arah selatan. Dia sampai di lautan yang mengapit Bharatawarsha di sebelah selatan, setelah itu ia berbelok ke utara. Ia berjalan di sepanjang pantai Bharatawarsha bagian barat. Dalam pengembaraannya, Arjuna sampai di pantai Prabasa (Prabasatirta) yang terletak di dekat Dwaraka, yang kini dikenal sebagai Gujarat. Di sana ia menyamar sebagai seorang pertapa. Saat itu Subadra akan menikah dengan Duryodana. Krishna tau adiknya sangat mencintai Arjuna. Maka Krishna merencanakan untuk menyuruh Subadra menculik Arjuna.Baladewa marah setelah mendengar kabar bahwa Subadra telah kabur bersama Arjuna. Kresna meyakinkan bahwa Subadra pergi atas kemauannya sendiri, dan Subadra sendiri yang mengemudikan bukan Arjuna. Akhirnya Subadrapun menikah dengan Arjuna diDwaraka. Arjuna dan Subadra memiliki seorang putra yang diberi nama Abimanyu . Penaklukan untuk Rajasuya Kemungkinan rute yang diambil oleh Arjuna untuk penaklukan Rajasuya. Arjuna dikirim ke utara oleh Yudistira untuk menundukkan kerajaan untuk Rajasuya Yagya, agar ia bisa dinobatkan sebagai Kaisar Indraprastha. Mahabharata menyebutkan beberapa kerajaan yang ditaklukkan oleh Arjuna. Beberapa di antaranya adalah: -Bhagadatta dari Pragjyotisha- Dia menolak Arjuna selama delapan hari berturut-turut tapi terkesan dengan keterampilanArjuna. Arjuna setuju untuk membayar upeti. Bhagadatta juga teman baik Pandu. -Vrihanta, raja Uluka -Modapura, Vamadeva, Sudaman, Susankula, yang Ulukas Utara, dan raja- raja negara-negara dan masyarakat -Devaprastha, kota Senavindu -Viswagaswa ras Puru -Tujuh suku yang disebut Utsava-sanketa -Ksatria Kashmir dan juga raja Lohita bersama dengan sepuluh kota kecil -Trigartas, yang Daravas, yang Kokonadas, dan berbagai Ksatria lainnya di kota Avisari -Rochamana berkuasa di Uraga -Singhapura adi -Daerah Suhma dan Sumala -Valhikas -Daradas bersama dengan Kambojas -Suku perampok yang diam di daerah utara-timur -Lohas, Kambojas timur, dan utara Rishikas -negara dari Limpurushas diperintah oleh Durmaputra -Harataka -Berbagai danau dan tank suci bagi Resi -daerah yang diperintah oleh para Gandharva yang terletak di sekitar wilayah Harataka. Di sini penakluk mengambil, sebagai penghargaan dari negara, banyak kuda yang sangat baik disebut Tittiri, Kalmasha, Manduka. -utara Harivarsha -kota Sakraprastha. Pertapaan Arjuna Dalam kitab Wanaparwa diriwayatkan kejadian setelah para Pandawa—yang dipimpin Yudistira—kalah bermain dadu melawan para Korawa yang dipimpin Duryodana. Sesuai ketentuan permainan tersebut, maka para Pandawa besertaDropadi mengasingkan diri ke hutan (wana dalam bhs. Sanskerta). Kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh Arjuna untuk bertapa demi memperoleh kesaktian dalam peperangan melawan para sepupunya. Arjuna memilih lokasi bertapa di gunung Indrakila. Arjuna memperkuat tapanya ke hadapan Dewa Siwa. Siwa yang terkesan dengan tapa Arjuna kemudian mengirimkan seekor babi hutan berukuran besar. Ia menyeruduk gunung Indrakila hingga bergetar. Hal tersebut membuat Arjuna terbangun dari tapanya. Karena ia melihat seekor babi hutan sedang mengganggu tapanya, maka ia segera melepaskan anak panahnya untuk membunuh babi tersebut. Di saat yang bersamaan, Siwa datang dan menyamar sebagai pemburu, turut melepaskan anak panah ke arah babi hutan yang dipanah oleh Arjuna. Karena kesaktian dewa, kedua anak panah yang menancap di tubuh babi hutan itu menjadi satu. Pertengkaran hebat terjadi antara Arjuna dan Siwa yang menyamar menjadi pemburu. Mereka sama-sama mengaku telah membunuh babi hutan siluman, namun hanya satu anak panah saja yang menancap, bukan dua. Maka dari itu, Arjuna berpikir bahwa si pemburu telah mengklaim sesuatu yang sebenarnya menjadi hak Arjuna. Setelah adu mulut, mereka berdua berkelahi. Saat Arjuna menujukan serangannya kepada si pemburu, tiba-tiba orang itu menghilang dan menampakkan wujud aslinya sebagai Siwa. Arjuna meminta maaf karena ia telah berani melakukan tantangan. Siwa tidak marah kepada Arjuna, justru sebaliknya ia merasa kagum. Atas keberaniannya, Dewa Siwa memberkati Arjuna dengan pasupati. Dewa lain seperti Kubera, Yama, Varuna dan Indra mengikuti dan memberkati setiap senjata ampuh untuk Arjuna. Indra juga mengundang anaknya ke istananya. Arjuna takjub melihat kemegahan istana ayahnya di Amaravati. Penari seperti Urvashi, Tilottama, Rambha dan Menaka menghibur dia. Ada perjamuan besar yang melayani varietas yang berbeda dari hidangan surgawi. Arjuna belajar lagu dan tarian dari Gandharva, Chitrasena. Indra sendiri mengajarkan dia untuk memegang senjata ilahi dan juga memberinya Vajra sendiri. KUTUKAN URVASHI Di sana pula Arjuna bertemu dengan bidadari Urvashi. Karena Arjuna tidak mau menikahi bidadari Urvashi, Karena Arjuna telah mendengar tentang hubungannya dengan Pururava leluhurnya, dan karenanya ia memiliki status ibu, sama dengan Kunti., maka Urvashi kesal dan mengutuk Arjuna agar kelak menjadi banci (peran Arjuna sebagai banci diceritakan sebagai dalam buku Wirataparwa). Atas permintaan Indra, dan menyesali kemarahannya, Urvashi mengurangi kutukan dia jangka waktu satu tahun pilihan Arjuna. MEMBUNUH RAKSHASAS di KAHYANGAN Arjuna mendapat kesempatan untuk menguji keterampilan dengan senjata ilahi di istana Indra sendiri. Arjuna dibawa ke istana Nivatakavachas, suku Rakshasas yang memiliki istana megah di bawah lautan. Arjuna menggunakan mohini-astra dan Madhava-astra untuk menghancurkan asura ini. Dia juga dibawa ke Hiranyapuri, sebuah istana di langit yang diciptakan oleh penyihir Puloma dan suku asura nya dari Kaalakeyas. Di sini Arjuna menggunakan PashupatI dan menihilkan setan. PERTEMUAN DENGAN HANUMAN Melanjutkan pencariannya, Arjuna mengunjungi situs Rama Setu di Dhanushkodi. Di sana, ia secara terbuka mempertanyakan mengapa, jika Rama telah menjadi pemanah besar, ia tidak membangun jembatan dari panah. Mendengar ini, Hanuman marah dan menantang Arjuna untuk membuktikan superioritasnya dengan membangun jembatan tersebut, yang Hanuman akan mencoba untuk menghancurkannya. Ketegangan meningkat sampai Arjuna berjanji untuk mengalahkan Hanuman atau bunuh diri, Arjuna sembarangan menggunakan senjata ilahi untuk membangun jembatan, sementara Hanuman menggunakan kekuatan dewanya dan kemampuan untuk meningkatkan ukuran tubuhnya untuk menghancurkan jembatan Arjuna. Akhirnya, Krishna mengintervensi, mengkritik Arjuna untuk kebanggaan yang berlebihan dan Hanuman karena membiarkan cintanya Rama untuk mengatasi pasifisme nya. Mendapatkan kembali rasa, Hanuman berjanji untuk berada dalam bendera Arjuna selama perang Kurukshetra. BRIHANNALA KASIM KERAJAAN VIRATA Seiring dengan saudara-saudaranya, Arjuna menghabiskan tahun terakhirnya dalam pengasingan di kerajaan Virata, Hastinapura. Ini adalah tempat di mana kutukan Urvashi ini diimplementasikan dan Arjuna menjadi seorang kasim bernama Brihannala (dalam diri mereka Pandawa memanggilnya Vijaya). Di istana, dia mengajarkan lagu dan tarian, yang telah Arjuna pelajari dari Chitrasena,kepada putri Raja Wirata ini , Uttara. Mendengar tentang kematian Kichaka, Duryodana menduga bahwa Pandawa bersembunyi di Matsya. Sejumlah prajurit Korawa menyerang Wirata, mungkin untuk mencuri ternak mereka, tetapi dalam kenyataannya, yang ingin menembus persembunyian Pandawa. Penuh keberanian, putra Wirata ini Uttar mencoba untuk membawa tentara sendiri sementara sisa tentara Matsya telah menjauh untuk melawan Susharma dan Trigartas. Atas saran dari Dropadi, Uttar membawa Brihannala dengan dia, sebagai kusir nya. Ketika ia melihat tentara Korawa, Uttar kehilangan keberaniannya dan mencoba melarikan diri. Di sana, Arjuna mengungkapkan identitasnya dan saudara-saudaranya '. Berganti tempat dengan Uttar, Arjuna memakai Gandiva dan Devadatta. Ingin mempertahankan tanah yang telah memberinya perlindungan, Arjuna berpakaian seperti Brihannala menemui prajurit Korawa. Hanya Bisma dari sisi Korawa, Arjuna yang berpakaian seperti Brihannala sendiri mengalahkan Karna, Drona, Bhisma, Aswathama, Kripacharya dan sejumlah prajurit Kuru dalam satu lawan satu.Arjuna kemudian menggunakan senjata, yang diperoleh dari surga, untuk menempatkan musuh agar tertidur. Astra ini disebut sammohana menempatkan musuh dalam tidur dan memberi Arjuna waktu untuk membawa kembali ternak. Meskipun Bisma tahu bertentangan dengan senjata ini dia tidak membalas menggunakan senjata, sehingga ia berpikir perang dengan demikian akan berakhir. Arjuna menerima Bhagawadgita Dalam Mahabharata, peran Kresna sebagai kusir bermakna pemandu atau penunjuk jalan, yaitu memandu Arjuna melewati segala kebimbangan hatinya dan menunjukkan jalan kebenaran kepada Arjuna. Ajaran kebenaran yang diuraikan Kresna kepada Arjuna disebut Bhagawadgita. Hal itu bermula beberapa saat sebelumperang di Kurukshetra dimulai. Saat Arjuna melakukan inspeksi terhadap pasukannya, ia dilanda pergolakan batin ketika ia melihat kakeknya, guru besarnya, saudara sepupu, teman sepermainan, ipar, dan kerabatnya yang lain berkumpul di Kurukshetra untuk melakukan pembantaian besar-besaran. Arjuna menjadi tak tega untuk membunuh mereka semua. Dilanda oleh masalah batin, antara mana yang benar dan mana yang salah, Arjuna bertekad untuk mengundurkan diri dari pertempuran. Kresna yang baik hati, setelah melihat kawan-kawan dan sanak keluarga di hadapan saya, dengan semangat untuk bertempur seperti itu, saya merasa anggota-anggota badan saya gemetar dan mulut saya terasa kering... (Bhagawadgita, I:28) Kita akan dikuasai dosa jika membunuh penyerang seperti itu. Karena itu, tidak pantas kalau kita membunuh para putra Drestarastra dan kawan-kawan kita. O Kresna, suami Dewi Laksmi, apa keuntungannya bagi kita, dan bagaimana mungkin kita berbahagia dengan membunuh sanak keluarga kita sendiri? (Bhagawadgita, I:36) Untuk mengatasi kebimbangan Arjuna, Kresna menguraikan ajaran-ajaran kebenaran agar semua keraguan di hati Arjuna sirna. Kresna menjelaskan apa yang sepantasnya dilakukan Arjuna sebagai kewajibannya di medan perang. Selain itu Kresna menunjukkan bentuk semestanya kepada Arjuna. Ajaran kebenaran yang dijabarkan Kresna tersebut dikenal sebagai Bhagawadgita. Kitab Bhagawadgita yang sebenarnya merupakan suatu bagian dari Bhismaparwa, menjadi kitab tersendiri yang sangat terkenal dalam ajaran Hindu, karena dianggap merupakan intisari dari ajaran-ajaran Weda. >Arjuna dalam Bharatayuddha Arjuna adalah kunci dari kesatria Pandawa dan memainkan peran besar dalam perang Kurukshetra. Bendera Arjuna menggunakan simbol Hanuman. -ARjuna mengalahkan Bisma di Hari ke sepuluh Di awal pertempuran, Arjuna masih dibayangi oleh kasih sayang Bisma sehingga ia masih segan untuk membunuhnya. Hal itu membuat Krishna marah berkali-kali, dan Arjuna berjanji bahwa kelak ia akan mengakhiri nyawa Bisma. Pada pertempuran di hari kesepuluh, Arjuna berhasil membunuh Bisma, dan usaha tersebut dilakukan atas bantuan dari Srikandi. -Pembunuhan Trigartas: Mencoba untuk mengalihkan perhatiannya sehingga Dronacharya bisa menangkap Yudhistira, Susharma dan Trigarthas menantang Arjuna untuk bertarung sampai mati. Pada hari-hari kedua belas dan ketiga belas pertempuran, Arjuna membunuh mereka. -Kekalahan dari Jayadrata: Arjuna marah pada Jayadrata karena dialah yang bertanggung jawab atas kematian Abimanyu pada hari ketiga belas perang. Dia bersumpah untuk membunuhnya pada hari berikutnya sebelum matahari terbenam, jika gagal Arjuna akan bunuh diri dengan melompat di tumpukan kayu yg dibakar. Korawa menyembunyikan Jayadrata dari Arjuna, mengetahui bahwa kematian Arjuna akan menghasilkan kemenangan Korawa. Namun, Krishna menciptakan sebuah gerhana buatan dengan Sudarshana Chakra untuk menyembunyikan matahari, membuat Korawa untuk percaya hari itu berakhir dan kematian Arjuna sudah dekat. Korawa mengejek Arjuna, Jayadrata pergi ke tempat pertempuran dalam sukacita, namun tiba-tiba matahari muncul dari gerhana. Arjuna melepaskam panahnya untuk memenggal kepala Jayadrata. Ini karena Jayadrata memiliki keuntungan dari ayahnya bahwa siapa pun yang akan bertanggung jawab memenggal kepalanya,bila kepalanya jatuh ke tanah maka kepalanya akan meledak. Itulah sebabnya Arjuna menerbangkan kepala terpenggal dari Jayadrata kepada ayahnya, yang terbangun dari meditasinya dengan pendaratan tiba-tiba kepala terpenggal di tubuhnya dan karena ia akhirnya menjatuhkannya ke tanah, maka kepalanya meledak. -Kekalahan Karna: Karna dan Arjuna menjadi musuh dalam epik, masing-masing telah mengambil sumpah untuk membunuh satu sama lain dalam pertempuran. Pada hari keenam belas perang, pertempuran berimbang, Karna meluncurkan Nagastra kepada Arjuna, yang dihuni oleh Taksak, ular mematikan yang ingin membalas dendam pada Arjuna. Krishna menyelamatkan Arjuna dengan menurunkan kereta enam inci dari tanah. Pada hari ketujuh belas pertempuran kedua musuh saling berhadapan sekali lagi. Pertempuran ini antara Arjuna dan Karna mungkin yang paling dahsyat dan mengagumkan dari epik besar. Para prajurit di medan perang dan para dewa di surga menyaksikan pertempuran ini dengan takjub terdiam dalam kekaguman takut kekuatan dan keterampilan prajurit terbesar ini. Kemudian kereta Karna rodanya terjebak di lumpur. Selanjutnya, karena kutukan Karna diterima dari gurunya Parasurama, Karna lupa mantra untuk memohon Brahmastra. Epik menyatakan bahwa Arjuna, selalu benar, Arjuna ragu-ragu untuk menyerang musuhnya pada saat itu. Mengingatkan Arjuna semua kekejaman yang dilakukan Karna terhadap Pandawa, seperti dorongan dan partisipasi dalam penghinaan istri mereka Dropadi dihadapan publik dan andil dan partisipasinya dalam pembunuhan putra Arjuna Abimanyu, Krishna memerintahkan Arjuna untuk menyerang. Krishna mengingatkan Arjuna bahwa Karna memihak adharma dan tidak tepat dalam hidupnya bersembunyi di balik ketidak benaran. sehingga Arjuna diminta oleh Krishna memenggal Karna menggunakan senjata Anjalika. Kemudian, ketika Arjuna tau bahwa Karna sebenarnya kakak Arjuna, Gandiva Arjuna terlepas dari genggamannya untuk pertama kalinya. Arjuna menjadi dihantui oleh pembunuhan Karna, dan Arjuna bersumpah pada dirinya untuk menjaga dan melatih Vrishakethu, anak Karna yang tersisa, dengan baik >Penaklukan untuk Ashvamedha Tak lama setelah Bharatayuddha berakhir, Yudistira diangkat menjadi Raja Kuru dengan pusat pemerintahan di Hastinapura. Untuk menengakkan dharma di seluruh Bharatawarsha, sekaligus menaklukkan para raja kejam dengan pemerintahan tiran, maka Yudistira menyelenggarakan Aswamedha-yadnya. Upacara tersebut dilakukan dengan melepaskan seekor kuda dan kuda itu diikuti oleh Arjuna beserta para prajurit. Daerah yang dilalui oleh kuda tersebut menjadi wilayah Kerajaan Kuru. Daerah2 yang dilaui adalah: - Uttarapatha, termasuk orang-orang dari Pragjyotisha, Uluka, Modapura, Vamadeva, Sudaman, Susankula, Northern Uluka, Puru kerajaan Viswagaswa, Utsava-Sanketa, Lohita, Trigarta, Darava, Abhisara, Kokonada, Ursa, Simhapura, Suhma, Sumala, Balhika, Darada , Kamboja. - Wilayah Transoxiana (Sakadvipa atau Scythia), Lohas, Param Kambojas, Rishikas Utara (atau param Rishikas), Limpurushas, Haratakas, Gandharva dan Uttarakurus. - Trigarta: Ketuvarman dan Dhritavarman -Vajradatta Raja, putra Bhagadatta -Saindhava - Manipura dan mati oleh Babruvahana: Ketika Arjuna sampai di Manipura, ia bertemu dengan Babruwahana, putra Arjuna yang tidak pernah melihat wajah ayahnya semenjak kecil. Babruwahana bertarung dengan Arjuna, dan berhasil membunuhnya. Ketika Babruwahana mengetahui hal yang sebenarnya, ia sangat menyesal. Atas bantuan Ulupi dari negeri Naga, menggunakan Mritasanjivani, anugerah dari Ganga Devi untuk membawa Arjuna hidup kembali. - Magadha, Rajagriha dan Raja Meghasandhi -Chedi dan kerajaan lainnya -Kasi, Angga, Kosala, Kirata dan Tanga kerajaan. Arjuna menerima penghargaan dari penguasa masing-masing. -Dakarna -Nishada: Arjuna mampu mengalahkan Raja Nishada, putra Eklavya. -Orang Andhra dipimpin oleh Mahishaksha, suku bukit Kolwa -Saurashtra, kota Gokarn dan Prabhaska -Dwarvati dan Vrishni ras -Punjab -Gandhara Perjalanan terakhir dan kematian Perjalanan terakhir yang dilakukan oleh para Pandawa diceritakan dalam kitab Prasthanikaparwa atau Mahaprasthanikaparwa. Dalam perjalanan sucinya, para Pandawa dihadang oleh api yang sangat besar, yaitu Agni. Ia meminta Arjuna agar senjata Gandiwa beserta tabung anak panahnya yang tak pernah habis dikembalikan kepada Baruna, sebab tugas Nara sebagai Arjuna sudah berakhir pada zaman Dwaparayuga tersebut. Dengan berat hati, Arjuna melemparkan senjata saktinya ke lautan, ke kediaman Baruna. Setelah itu, Agni lenyap dari hadapannya dan para Pandawa melanjutkan perjalanannya. Ketika para Pandawa serta istrinya memilih untuk mendaki gunung Himalaya sebagai tujuan akhir perjalanan mereka, Arjuna gugur di tengah perjalanan setelah kematian Nakula, Sahadewa, dan Dropadi.

Selasa, 05 Mei 2015

SIAPAKAH SEBENARNYA ARJUNA DAN KARNA..??



Dalam sejarah Padma Purana, Deva Brahma memiliki lima kepala. Kepala kelima ini menghadap ke atas dan bersinar dengan terang sekali sehingga para Deva merasa terganggu. Kemudian para Deva mohon bantuan pada Deva Siva. Deva Siva mendatangi Deva Brahma lalu memotong kelima kepala Deva Brahma dengan kuku jari tangannya. Tengkorak kepala Deva Brahma itu terus dibawa oleh Siva.  
 
Deva Brahma menjadi sangat marah sekali kepada Rudra (Siva), kemudian dia mengambil keringat di keningnya dan membantingnya ke tanah, dari keringat itu muncullah seorang ksatria yang perkasa yang terhias dengan anting-anting, membawa anak busur, busur panah, dan memakai baju zirah. Kesatria itu berkata, "Apa yang akan aku lakukan ?" Brahma berkata "bunuhlah Rudra yang jahat ini sehingga dia tidak akan lahir lagi". Dengan busur dan anak panah yang terangkat ksatria itupun mendekati Rudra untuk membunuhnya. Melihat kepribadian yang mengerikan itu Rudra lari ketakutan menuju tempat tinggal Sri Visnu. "O Visnu, selamatkan aku dari orang ini, yang diciptakan Brahma. Lakukanlah sesuatu agar dia tidak membunuhku. Kemudian dengan tenagaNya yang menghayalkan Sri Visnu menidurkan ksatria itu. Di tempat yang tak terlihat oleh ksatria itu Rudra bersujud kepada Sri Visnu, berliau bersabda kepada Rudra, "O Rudra, kau adalah cucuku katakanlah apa yang kau inginkan".        
Melihat Sri Visnu yang begitu cemerlang, Rudra menjulurkan tengkorak yang dia bawa kehadapan Visnu, "berilah aku sedekah". Kau adalah orang yang pantas diberikan sedekah", sabda Sri Visnu. Kemudian Beliau memberikan lengan kananNya. Siva memotong lengan itu dengan trisula yang tajam, dan dari lenganNya mengalirlah darah yang bagaikan emas cair. Darah itu mengisi tengkorak yang dibawa oleh Sambhu. Aliran darah itu berlangsung selama 1.000 tahun. Setelah itu Narayana bersabda kepada Sambhu, "Apakah tengkorak itu sudah penuh apa belum ?". "Tengkorak ini sudah penuh", jawab Sambhu. Setelah mendengar kata-kata Siva ini, Visnu menarik aliran darah dari lengan-lenganNya Pulih kembali.       
Ketika diamati oleh Sri Hari, Siva sedang meremas darah itu dengan jari-jari tangannya dan terus memandang darah itu selama 1.000 tahun. Kemudian darah itu mengental dan menggelembung lalu tiba-tiba keluarlah seorang kepribadian yang terhias dengan mahkota di kepalanya, membawa busur panah, dengan bahu yang perkasa, tabung busur anak panah terikat di punggungnya, dia nampak bagaikan api yang cemerlang. Melihat kepribadian itu Visnu bersabda kepada Rudra, "O Brahma, siapakah orang ini (nara) yang telah muncul dari tengkorak ini". Siva berkata, "O Devata, orang ini bernama Nara, yang terbaik diantara orang yang mampu menggunakan senjata. Engkau telah memanggilnya Nara, maka dia akan dikenal sebagai Nara. Baik Nara dan Narayana akan termasyur dalam setiap jaman dan dalam pertempuran, dalam membantu para Deva dan melindungi orang-orang saleh. Oleh karena itu Nara ini akan menjadi kawan akrab Narayana. Nara akan membantu Anda dalam membinasakan para asura; dia akan menjadi Sri yang penuh pengetahuan. Dia akan menjadi penakluk di dunia.       
Setelah berkata demikian Visnu dan Siva berdiri dengan rasa kagum melihat para Nara. Dengan mencakupkan tangan Nara mulai menyampaikan doa-doa pujian kepada Visnu dan Siva, "apakah yang harus saya lakukan ?", Nara menundukkan kepalanya. Nara berkata, "Brahma telah menciptakan orang yang membawa busur panah di tangannya, kau bunuhlah dia. Ingatlah orang itu sangat mengerikan, sekarang dia sedang ditidurkan oleh tenaga Sri Visnu menghayalkan, bangunkanlah dia segera". Setelah berkata demikian Nara menghilang.
Selanjutnya Nara dan Narayana mendekati tempat dimana ksatria yang diciptakan oleh Brahma itu sedang tidur. Nara menendang orang itu dengan kaki kirinya sehingga dia terbangun dan keduanya terlibat dalam pertempuran yang dahsyat. Pertempuran itu berakhir dengan kekalahan ksatria ciptaan Brahma. Selanjutnya Madhusudana pergi ke Brahmaloka dan bersabda, "O Brahma, kepribadian yang lahir dari keringatmu sekarang telah ditaklukan oleh kepribadian yang lahir dari darahKu". Mendengar hal ini Brahma merasa sedih sekali. "O Hari, tolong hidupkanlah anakku ini lagi", Brahma memohon. "Baiklah", sabda Sri Visnu. Beliau kembali ke medan pertempuran dan setelah menghidupkan ksatria itu Sri Visnu bersabda kepada mereka berdua, "Dalam periode antara Kali dan Dvapara juga kalian akan lahir dan pada waktu itu akan terjadi pertempuran. Atas kehendakKu kalian akan berhadapan lagi untuk bertempur."       
Selanjutnya Sri Visnu memanggil Deva Matahari, dan bersabda, "O Matahari, diakhir dvapara yuga turunkanlah kepribadian yang lahir dari keringatnya Brahma ini ke bumi. Atas karunia Durvasa Muni, Kunti Devi akan memanggilmu dan pada waktu itu berilah di anak ini walaupun Kunti belum menikah". "Baiklah," jawab Deva Matahari." Pada masa gadisnya saya akan memberikan Kunti seorang putra yang akan dikenal dengan nama Karna. Dia akan sangat dermawan sekali, apapun yang diminta oleh para Brahma pasti akan dia berikan". Lalu Deva Matahari mohon pamit dan menghilang.
Akhirnya Sri Visnupun memanggil Indra dan bersabda, "O Indra, Nara ini lahir dari darahKu, lahirlah dia ke bumi diakhir dvapara yuga melalui Devi Kunti setelah dia menikah dengan Pandu. Anak ini akan bernama Arjuna. Aku juga akan turun ke bumi untuk menjadi kusir kereta Arjuna, disamping itu pula Aku akan menghancurkan keluarga Kuru" Indra berkata, "Baiklah, saya akan melaksanakan seperti yang Anda perintahkan". Setelah mendengar kata-kata Indra, Sri Visnu kemudian menghilang.*