Jumat, 18 September 2015

TANAH SUCI UMAT HINDU DI AYODHYA PURA - INDIA



Sepuluh jam ke arah timur New Delhi, kita sampai ke kota suci Ayodhya di Negara bagian Uttar Pradesh. Dibelah oleh Sungai Suci Serayu, Kota Ayodhya yang berudara sejuk mengingatkan kita tentang kisah Ramayana. Di kota ini terdapat bekas istana kerajaan Sri Rama, avatara Tuhan yang turun pada zaman Tretayuga, sekitar 2 juta tahun silam.
Dalam kitab Suci Veda Ramayana, yang ditulis oleh Rsi Valmiki, dinyatakan bahwa orang-orang yang tertarik dengan kisah sejarah Ramayana adalah orang-orang yang sedikit tidaknya telah disucikan dari reaksi dosa pada kehidupan terdahulunya. Rsi Valmiki menyatakan dalam Kitab Ramayana, “Selama sungai Gangga masih mengalir dipermukaan bumi, maka selama itu Ramayana akan dikenal umat manusia.” Kota-kota kuno seperti Uyuthaya di Thailand dan Angkor Wat di Kamboja mengambil nama dari Ayodya dalam Ramayana, bahkan nama-nama asli Nusantara seperti Situbondo berasal dari nama jembatan Setubanda dalam sejarah Ramayana. Nama lain dari kitab Ramayana adalah Sapta Khanda karena terdiri dari tujuh bab. Ketujuh bab tersebut adalah Bala Khanda, Ayodya Khanda, Aranyaka Khanda, Kiskinda Khanda, Sundara Khanda, Yuda Khanda dan Uttara Khanda. Bagian Bala Khanda menguraikan tentang silsilah keluarga Kerajaan Ayodya. Bagian ini menguraikan bahwa Sri Rama muncul di keluarga dinasti Suryawamsa (dinasni matahari) yang berasal dari Vaivasvata manu. Bagian Ayodya Khanda menguraikan masa-masa bahagia di kerajaan Kosala (nama kerajaan Sri Rama) yang beribukotakan di Ayodya. Bagian ini juga mengisahkan pertemuan Sri Rama dengan Dewi Sita yang adalah ekspansi Laksmi yang lahir dari dalam tanah. Aranyaka Khanda mengisahkan perjalanan Sri Rama selama pengasingan diri ke hutan Dandaka dan berakhir ketika Sita diculik oleh Ravana. Bagian ini juga mengisahkan tempat-tempat suci yang dilalui Sri Rama ketika dalam pengasingan. Pertemuan Sri Rama dengan Hanuman beserta bala pasukan vanaranya dikisahkan dalam bagian Kiskinda Khanda, sementara untuk menyerahkan cincin milik Sri Rama kepada Sita dikisahkan dalam Sundara Khanda. Pertempuran melawan Ravana dan tewasnya Ravana beserta sekutunya diuraikan dalam Yuda Khanda. Bagian tambahan, yakni Uttara Khanda mengisahkan pembuangan Sita ke dalam hutan, kelahiran Kusa dan Lava, serta latar belakang siapakah Sita sesungguhnya. Ketika Ravana dibunuh dan Sita diselamatkan, Sri Rama iningin membuktikan kesucian dan kesetiaan Sita dengan melakukan Agni-pariksa, dimana Sita yang suci itu dimasukan ke dalam api, Agni mengembalikan Sita kepada Sri Rama. Jadi Sita sesungguhnya tetap suci dan tidak ternoda. Bagian Kiskinda Khanda menguraikan tentang kerajaan para vanara. Kitab Ramayana ni tidak mempersamakan kata vanara dengan monyet atau kera, namun VANA dan NARA. Kata VANA berarti hutan dan NARA berarti manusia. Secara harfiah VANARA berarti manusia hutan atau wildman. Jadi, kadang kata vanara di tafsirkan sebagai manusia barbar yang tinggal ditengah hutan. Akan tetapi anggapan ini keliru sebab kadang kata vanara dipadankan dengan kata Kapi, yang berarti kera. Jadi vanara bukanlah kera namun suatu makhluk manusia yang menyerupai kera dan itu adalah hominid. Sesuai dengan apa yang diuraikan dalam sejarah modern, manusia purba hidup sekitar 2 juta hingga 400 ribu tahun yang lalu. Jika garis waktu ditarik sejajar dengan waktu kejadian Ramayana, maka baik waktu hidup manusia purba (hominid) dan sejarah Ramayana terjadi pada waktu yang bersamaan.
Bahkan beberapa fakta mengejutkan dari Kitab Suci Ramayana antara lain bahwa dalam bagian Yudha Khanda disebutkan bahwa Ravana, sang raja iblis bersama bala tentaranya mengendarai monster gajah yang memiliki empat gading. Fakta ini didukung oleh temuan para ilmuwan bahwa pada masa Ramayana, permukaan air laut menyusut sehingga bala tentara kera milik Sri Rama dengan mudah membangun jembatan yang menghubungkan India dengan Sri Lanka (kini disebut Ramasetu) Turunnya permukaan air laut ini terjadi pada Zaman Pleistosen, dan pada Zaman itu, gajah berukuran besar dan memiliki empat gading. Gajah jenis ini disebut Mastodon dan punah akhir Zaman Pleistosen, diganti oleh gajah jenis Mammoth yang berbulu lebat.
Kemanakah mereka kini ?
Kitab Ramayana menyatakan bahwa para vanara adalah jelmaan para dewa yang ditugaskan oleh Tuhan untuk membantu misi-Nya. Beberapa vanara adalah ekspansi dari Indra, Vayu, Surya dan Agni. Vanara bernama Nala dan Nila dinyatakan adalah ekspansi dari Agni dan Soma, sementara Hanuman adalah ekspansi dari Vayu dan sering disebut Vayusuta, putra Dewa Angin. Pada akhir misi Sri Rama di bumi, semua vanara kembali ke tempat mereka masing-masing. Dinyatakan bahwa Sri Rama memerintah selama 60 ribu tahun pada kwartal akhir Treta Yuga. Menjelang kembalinya Sri Rama ke tempat tinggal-Nya yang kekal, Beliau menyerahkan kekuasaan kepada Kusa, putra-Nya. Sri Rama bersama Laksamana pergi ke Sungai Serayu dan menghilang disana. Sementara itu Laksamana, adalah inkarnasi dari Anantasesa, masuk ke dalam sungai. Para vanara seperti Hanuman dan rekan-rekannya tinggal di planet Kimpurusa-loka yang tidak jauh dari bumi. Hanuman adalah salah satu dari ciranjiva, atau makhluk yang hidup kekal. Kata Kimpurusa berarti menyerupai manusia. Planet tempat tinggal mereka ada di Bhuvarloka. Salah satu spesies vanara yang bertahan hingga zaman Dvaparayuga adalah Jambavan. Jambavan adalah sosok manusia-beruang yang menjadi penasihat Kiskinda. Pada zaman Dvaparayuga, ia mempersembahkan putrinya yang bernama Satyabhama sebagai istri kepada Sri Krishna.

Rabu, 09 September 2015

MENGENAL LEBIH JAUH TANAH SUCI BAGI UMAT HINDU



Setiap agama memiliki sejarah. Karena agama turun dari Tuhan melalui kitab suci, maka setiap agama bukanlah khayalan dan memiliki bukti-bukti pewahyuannya. Tempat-tempat dimana wahyu Tuhan turun dan dimana orang-orang suci pengemban misi agama itu lahir dikenal sebagai tanah suci. Tanah suci atau tempat suci disebut bukan karena dianggap suci oleh pemeluk agama tertentu, namun karena tempat itu memiliki latar belakang kesucian dan keterkaitan dengan turunnya ajaran Tuhan dan orang-orang suci yang membawa ajaran itu sehingga tempat-tempat suci atau tanah suci itu tidak hanya suci bagi pemeluk ajaran tertentu namun juga bagi seluruh umat manusia.      
Umat Islam memuji tanah suci Mekkah, umat Kristiani memuji tanah suci Yerussalem, dan umat Buddha mengagungkan tanah suci Bodh-gaya. Ada banyak tempat suci di Bharata-varsa, India dan semua tempat suci itu adalah tanah suci umat Hindu karena tempat-tempat tersebut berhubungan langsung dengan kegiatan Tuhan dan para orang suci (rsi, acarya). Diantara tempat suci atau tanah suci umat Hindu tersebebut adalah Ayodhya, Kuruksetra, Mathura dan Vridavana, Navadvipa, Ramasetu, Dvaraka, Kasi (Varanasi), Hastinapura dan Indraprastha.

1. RAMASETU     
Jika ketujuh keajaiban dunia adalah tujuh bangunan mahakarya manusia, Ramasetu adalah keajaiban dunia ke delapan. Ramasetu berarti “jembatan Rama” menghubungkan selatan India dan Sri Lanka, bisa dicapai dalam 41 jam perjalanan darat dari New Delhi. Namun jalan termudah adalah dengan naik pesawat jurusan Tiruchirapalli, Tamil Nadu, lalu menyewa travel selama 6 jam perjalanan ke selatan. Ujung jembatan ini ada di sebuah semenanjung yang dikenal dengan Kanyakumari, atau Cape Comorin. Di tepi semenanjung ini berdiri sebuah mandir besar bernama Ramesvaram, yang merupakan salah satu dari dua belas Jyotirlingga Mandir untuk Dewa Siva yang paling utama di daratan India.       
Jembatan Ramasetu ini berusia sekitar 2 juta tahun, dan dibangun tidak hanya oleh manusia, namun oleh pasukan kera. Ketika Sri Rama, avatara Tuhan yang berperan sebagai seorang raja yang ideal, berniat menyelamatkan istri-Nya, Sita, beliau meminta bantuan pasukan kera dari kerajaan Kiskinda. Pasukan kera ini di pimpin oleh Nala dan Anila, yang mendapat berkat dari Dewa Varuna bahwa apapun yang mereka lemparkan ke laut akan mengapung.
Ketika jembatan mulai dibangun, Hanomanji, seorang penyembah Tuhan yang agung, menuliskan kata “Rama” pada masing2 bongkahan batu dan kayu yang dilemparkan ke laut. Dewa Varuna menopang jembatan ini hingga betahun-tahun. Ketika Arjuna, Pandawa ketiga yang hidup satu setengah juta tahun setalahnya melakukan perjalanan dalam rangka menaklukan kerajaan-kerajaan kecil di India, beliau masih bisa melewati Ramasetu dan bersujud di tempat itu.
Mungkin kita tidak asing dengan istilah manusia purba. Dalam Kitab Suci Veda Ramayana dijelaskan, pasukan kera yang menjadi pelayan Sri Rama berjalan tegak dengan 2 kaki. Dalam Veda, hubungan antara para kera dan manusia memang ada, namun berasal dari jenis yang berbeda. Keberadaan fosil2 manusia-kera Homo Habilis (yang juga ditemukan bersama2 dengan alat2 primitif jaman batu) yang diperkirakan muncul sekitar 2.2 juta tahun yang lalu (ini sesuai dengan perkiraan usia jembatan Ramasetu). Indikasi keberadaan manusia sebelum 2.2 juta tahun yang lalu sudah diteliti oleh Michael Cremo dan ternyata melalui riset literatur di perpustakaan dia mendapatkan banyak bukti bahwa manusia sudah ada jutaan tahun yang lalu. Menurut kosmologi India Kuno cerita Ramayana ini terjadi pada masa Treta Yuga. Kita sekarang berada di awal Kali Yuga dan urutan masa2 Yuga adalah mulai dari Satya-Yuga, Treta-Yuga, Dvapara-Yuga, dan Kali-Yuga. Sehingga kalau dihitung secara matematis maka era Treta Yuga itu terjadi sekitar: (Treta-Yuga=1,296,000)+(Dwapara-Yuga=864,000)=2,160,000 tahun yang lalu. Angka 2,16 juta tahun yang lalu ini sangat mirip dengan angka pemunculan Homo Habilis sekitar 2,2 juta tahun yang lalu. Ini sungguh suatu kebetulan yang menarik. Sebenarnya memang ada kemungkinan sebuah legenda itu bukan murni cerita dongeng belaka dan ini pernah dibuktikan dengan ditemukannya kota Troya yang sebelumnya hanya dianggap kota dongeng belaka. Jadi teori evolusi Darwin yang menyatakan bahwa manusia berasal dari kera akan hangus ketika seseorang membaca kisah dalam Kiskinda Kanda Ramayana, karena disana disebutkan, bahwa manusia kera sangat berbeda dengan manusia sejak jaman Ramayana yang terjadi pada Era Pleistosen.